I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah secara
fisik terdiri dari padatan, cairan dan gas. Berupa padatan sebagai bahan
organik dan organik. Sebagai cairan seperti berbagai macam garam dan senyawa
yang larut dalam tanah. Sedangkan berupa gas seperti udara di dalam tanah yang
mengisi pori-pori antara butiran yang tidak terisi oleh air tanah.
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah. Pori ditempati oleh udara dan air. Pada
umumnya pori-pori besar terisi udara kecuali bila tanah seluruhnya tergenang air,
dan pori-pori kecil berisi air, kecuali bila sangat kering.
Ruang pori tanah adalah bagian isi tanah yang tidak terisi oleh arah
padatan, tetapi oleh udara dan air. Pada umumnya jumlah pori ditentukan oleh
susunan butir-butir padat. Kalau mereka cenderung erat satu sama lain seperti
dalam pasir atau subsoil yang padat porositas totalnya rendah kalau tersusun
dalam agregat yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya,
ruang pori per satuan volume akan tinggi.
Pori-pori tanah
terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau rongga antar partikel tanah, pori
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: (1) pori makro atau pori besar, (2) pori meso atau pori sedang, dan (3) pori mikro atau pori
kecil. Masing-masing kelompok ini
menempati lapisan-lapisnaan tanah yang berbeda.
Pada lapisan pertama banyak terdapat pori makro dan pori mikro hampir
tidak ada. Lapisan kedua pada umumnya
pori meso banyak dan juga ada pori mikro dan pori makro tetapi tidak terlalu
banyak. Yang menempati pori-pori tanah
ini tergantung pada musim. Hampir semua
musim dipengaruhi oleh udara, walaupun ditempati udara tetepi sebagian kecil
masih terdapat air, terutama pada musim hujan banyak terdapat pori mikro.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan
praktikum porositas tanah untuk mengetahui lebih jauh bagaimana porositas yang
terjadi pada beberapa jenis tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
praktikum porositas adalah untuk mempelajari tingkat porositas tanah pada inceptisol
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaannya adalah untuk
memberikan pengetahuan dasar tentang penentuan porositas tanah dan mengetahui
bagaimana hubungan porositas dengan tingkat kesuburan tanah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Porositas
Porositas tanah adalah persentase
volume tanah yang tidak ditempati butiran padat. Susunan butiran tanah juga menentukan
jumlah dan sifat pori. Ukuran pori-pori liat kecil dan dapat menahan air,
tetapi permeabilitasnya sangat lambat, sebaliknya pasir mempunyai pori-pori
yang besar tetapi daya menahan airnya kurang (Pairunan, dkk. 1997).
Ruang pori total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan
air. Persentase ruang pori total disebut Porositas. Untuk menentukan porositas
”Cores”, tanah ditempatkan pada tempat berisi air sehingga jenuh dan kemudian
”Cores” ditimbang. Perbedaan berat antara keadaan jenuh dan cores yang kering
oven merupakan volume ruang pori untuk tanah (Kemas, 2007)
Ruang pori-pori tanah adalah bagian
yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori-pori ini sebagian besar ditentukan
oleh susunan butiran-butiran padat. Kalau letak satu sama lain erat seperti
pasir atau subsoil yang porositasnya rendah. Kalau tersusun dalam agregat yang
tergumpal bahan organiknya, ruang pori per satuan volume akan tinggi (Buckman
dan Brady, 1982).
Pori-pori tanah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pori-pori besar yang
merupakan pori yang berisi udara dan air gravitasi. Pori ini tidak menahan air
dengan gaya kapiler sehingga sering disebut sebagai pori aerase atau pori non
kapiler. Jenis pori yang kedua yaitu pori halus yang merupakan pori yang berisi
udara dan
air kapiler sehingga disebut juga pori kapiler. Pori mampu menahan air dalam
tanah. Tanah yang baik adalah yang seimbang antara pori aerasi dan pori
kapilernya (Hardjowigeno, S. 1992).
Air tersimpan atau tertekan dalam pori karena adanya gaya kapiler.
Pori-pori besar yang tidak menahan air dengan gaya kapiler disebut dengan pori
nonkapiler atau pori aerase atau gaya-gaya kapiler yang dinamakan pori kapiler
atau pori mikro. (Hakim, dkk, 1986)
2.2.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Porositas Tanah
Porositas tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yang salah satu
diantaranya adalah keadaan
tekstur tanah. Tanah yang bertekstur ganuler atau remah
memiliki tingkat porositas yang lebih tinggi daripada tanah yang bertekstur
massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.
Kedua
tipe tekstur tanah
tersebut memiliki perbedaan dalam hal ruang/pori yang didalamnya
terdapat air dan udara. Tanah yang bertekstur ganuler memiliki ruang/pori tanah
yang besar berisi udara dan kadar air
yang lebih sehingga menunjung tanaman dalam perkembangannya, sedangkan tanah
bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil serta kandungan air
yang sedikit dan sangat mudah untuk hilang sehingga tanaman mudah kering
(Pairunan, dkk., 1997).
Porositas suatu
lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya perkembangan struktur granular pada tiap
lapisan horizon tanah yang akan memberikan hasil porositas total yang tinggi
dan dapat meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro suatu lapisan tanah.
Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau kersai sangat
berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur tanah tersebut
umumnya mempunyai porositas yang besar (Hakim,
dkk. 1986).
Nilai
suatu porositas berbanding lurus dengan besar
kecilnya struktur tanah. Tanah dengan struktur kersai membuat tingkat porositas
semakin tinggi, sedangkan bilamana struktur tanah rendah maka nilai porositasnya
juga akan menurun (Pairunan, dkk.
1997).
Penentuan Porositas
tertuju pada partikel-partikel yang ada di dalam lapisan tanah. Jadi Porositas
tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak bervariasi dengan
jumlah ruang dan antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral
rata-rata kerapatan zahranya adalah 2,6 gr/cm3. Perbedaan kerapatan dengan zahra diantara jenis-jenis
tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi di dalam kandungan bahan
organik dan komposisi mineral tanah (Sarwono, 2003).
Salah satu pentingnya
dilakukan pengolahan tanah adalah untuk memperbesar porositas tanah. Selain
pengolahan tanah, adapun cara lain yang dilakukan untuk memperbesar porositas
tanah yaitu dengan penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara
minimum. Karena tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung
mempunyai ruang pori rendah, apabila
terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya pengolahan tanah maka akan
mengurangi pori-pori mikro dan kandungan bahan organik dalam tanah (Hakim, dkk.
1986).
III.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.Tempat dan Waktu
Praktikum porositas Tanah dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis, 11 November 2010, pukul
15.00 WITA-selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapu alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·
Timbangan digunakan sebagai alat untuk menimbang
sampel tanah utuh
·
Oven digunakan sebagai alat untuk mengeringkan
sampel tanah utuh Ring
·
sampel digunakan sebagai wadah untuk mengambil
sampel tanah.
·
Mistar pengukuran digunakan sebagai alat mengukur tinggi dan
jari-jari ring sampel.
Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sampel tanah dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
1.
Menghitung nilai bulk density dan partikel density contoh
tanah.
2.
Menghitung porositas dengan persamaan :
porositas = 1 –
x 100%
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada porositas tanah
maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel. Perhitungan Porositas Pada Tanah Inceptisol
4.2 Pembahasan
Pada tanah Inceptisol
lapisan mempunyai
nilai porositas 45%,
hal ini terjadi karena pada tanah ini memiliki lapisan organik rendah dan porositas tanah juga
dipengaruhi oleh tekstur. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1987),
yang mengemukakan bahwa porositas tanah tinggi jika bahan organiknya tinggi
pula, tanah dengan struktur granular dan remah mempunyai porositas yang lebih
tinggi dari pada tanah dengan strukutr. Tanah dengan struktur pasir mempunyai
pori-pori mikro sehingga sulit menahan air. Pairunan
A, K, dkk (1985), juga
menambahkan bahwa pengolahan tanah juga sementara dapat memperbesar
porositas, namun dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan menurunnya porositas. Oleh
karena itu untuk memperbesar porositas tanah tindakan yang perlu dilakukan
adalah dengan penambahan bahan organik atau melakukan pengolahan tanah yang
minimum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh
pada praktikum penetapan nilai porositas tanah,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Tanah inceptisel lapisan I memiliki nilai
porositas tanah sebesar 45%.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
porositas tanah adalah kandungan bahan organik, struktur dan tekstur tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya, dalam ptaktikum Porositas
digunakan juga tanah alfisol dengan berbagai lapisan agar dapat menjadi
perbandingan antara nilai porositasnya
DAFTAR
PUSTAKA
Hakim N, Nyapka M.Y., Lubis A.M,
Nugroho S.G, Saul M.R, Dina M.A, Hong G.B, Bailey H.H., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno, S.,
1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta.
Kemas, A.H., 2007, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Pairunan, Anna, K., Nanere, J,
L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace,
Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1997. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Makassar.
Sarwono,
H., 2003, Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis. Akademika Presindo. Jakarta.
Lampiran
Sampel
tanah inceptisol lapisan I
Data : Bulk
Density : 1,06
gr/cm3
Partikel Density : 2,67gr/cm3
Perhitungan
porositas :
= 45%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar