I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah.Air
ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya.Kebutuhan air setiap
tumbuhan berbeda.Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis
tumbuhan lainnya.
Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk sumua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama
terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci
(650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Tanah yang
terletak di daerah peralihan atmosfer-litosfer memainkan peran penting dalam
menentukan jumlah presipitasi yang mengaliri lahan dan jumlah yang meresap ke
dalam tanah untuk disimpan serta digunakan di masa depan.
Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon
bawah (Horizon Argalik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun pada
horizon bawah ini berasal dari horizon atasnya yang tercuci ke bawah bersama
dengan gerakan air.Tanah Alfisol terbentuk dari bahan-bahan yang mengandung
karbonat dan tidak lebih tua dari Pleistosin.Di daerah dingin, hampir semuanya
berasal dari bahan induk yang berkapur dan masih muda. Di daerah basah, bahan
induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin. Tanah Alfisol dapat
ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang/sub tropik dengan adanya
pergantian musim hujan dan musim kering. Pembentukan tanah Alfisol memerlukan
waktu ± 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk
horison argilik. Di Indonesia, pembentukan tanah alfisol memerlukan waktu
sekitar 2000-7000 tahun yang
berdasarkan tingkat perkembangan horisonnya.
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai
horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan
induknya, horizon timbunannya liat dan
besi alumunium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. perkembangan
profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan alfisol.
Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air
utnuk tanaman lebioh dari ½ tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam
musim kemarau, satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan
selain karbonat atau silika amorf. Tekstur lebih halus dari pasir gelohan
(loamy sand) dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi
lempung yang sedang-tinggi.Penyebab lempung kedalam tanah tidak dapat diukur.
Berdasarkan uraian diatas,
maka perlu dilakukan praktikum kadar air untuk mengetahui
banyaknya jumlah air yang terkandung dalam tanah danmengetahui
perbedaaan kadar air pada fraksi pasir, debu dan liat..
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kadar air adalah
untuk mengetahui kadar air pada tanah Alfiso dan Inceptisoll.
Kegunaan dari praktikum kadar air adalah
memberi informasi tentang kadar air pada jenis-jenis tanah yang dapat
menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah terseb
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 kadar air tanah
Kadar
air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan
berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam
tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,
biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara
permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tana (Buckman dan
Brady, 1982)
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume tanah.Cara
ini memberikan keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap
ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tertentu. Cara penentuan kadar air
dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan,
listrik serta pembaruan neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling
umum dipakai dimana dengan cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada
suhu 100ºC-150ºC untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut merupakan sejumlah
air yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,dkk, 1986).
Kadar air yang tersedia dalam tanah
didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah air maksimum yang dapat disimpan dalam
tanah adalah air yang ditahan pada saat kapasitas lapang dimana tanaman hanya
dapat menurunkan kandungan air tanah sampai batas titik layu permanen. Atas
dasar itu maka jumlah air yang dapat ditahan antar kapasitas lapang dan titik
layu permanen serta kelebihan air yang terikat pada kapasitas lapang tidak
menguntungkan lagi bagi tanaman tingkat tinggi (Pairunan, A. K. dkk, 1997).
Air dalam tanah mengalir kebawah dengan gaya perkolasi sesuai dengan gavitasi
bumi. Hal ini disebabkan oleh sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih
tinggi ketempat yang lebih rendah.(Syarief, 1986).
Persediaan air dalam tanah
tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan
air, besarnya evapotraspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui
vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Banyaknya kandungan air dalam tanah
berhubungsn erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam
tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang
diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Kemampuan tanah menahan
air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tana-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat
(Hardjowigeno, 2003).
2.2 Kondisi air tanah
Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah dan membawa
unsure hara tersebut kepermukaan akar tumbuhan.Dalam jaringan tumbuhan air
sangat dibutuhkan dalam pengangkutan unsure hara yang diserap akar keseluruh
bagian tumbuhan. Tanah mempunyai horizon-horizon yang bervariasi dari suatu
lokasi kelokasi lain. Hal ini disebabkan karena tingkat kedewasaan tanah.Tanah
muda, dewasa dan tua memiliki jumlah lapisan yang berbeda.
Bila tebal lapisan air
menipis, tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat dan akhirnya
begitu besar sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Air dalam ruang pori
makro tidak ada lagi, tetapi masih terdapat dalam pori mikro. Pada keadaan ini
tegangan pada permukaan lapisan air berkisar sekitar 1/3 atm. Titik ini
disebut kapasitas lapang (Hakim, dkk, 1986)
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi dimana tebal lapisan air
dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antara air-udara meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada
pori-pori meso dan makro) bagi tanaman dalam keadaan optimum, kondisi ini
terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar 1/3 atm atau pF
2,54(Hanafiah K. A, 2004).
Titik Laju Permanen, Pada kadar air tinggi, kekurangan udara
mungkin dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Kecepatan pertumbuhan
tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah berada disekitar kapasitas lapang, karena pada
keadaan itu oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga
memudahkan absorpsi air. Begitu air diserap, lapisan air menjadi tipis dan
tegangan air meningkat, mengakibatkan absorpsi air menurun. Hal ini berlangsung
sampai kadar air mendekati titik layu. Pada keadaan titik layu, laju pertumbuhan
dan foto sintesis umumnya menurun (Notohadiprawiro, 1998)
Higroskopis yaitu jumlah kadar air yang
dijerap oleh permukaan partikel tanah dari uap air dalam atmosfir. Dan higroskopis adalah kemampuan tanah menyerap air
dibanding kemampuan akar menyerap air atau kemampuan suatu zat untuk menyerap
molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbs atau adsorpsi. Suatu zat
bisa disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air
air yang baik.
Kapasitas tanah untuk mengikat
air berkaitan dengan luas permukaan dan volume ruangan pori. Oleh karena itu, kapasitas pengikatan air
berhubungan baik dengan struktur maupun dengan tekstur. Tanah bertekstur halus
mempunyai kapasitas pengikatan air total yang maksimum tetapi bahwa air yang
tersedia maksimum terikat pada tanah bertekstur medium. Penelitian menunjukkan
bahwa air yang tersedia pada banyak tanah berkaitan erat dengan kandungan
endapan lumpur dan pasir yang sangat halus (Foth, 1994).
Air mempunyai beberapa fungsi penting dalam tanah.Air penting dalam
pelapukan mineral dan bahan organic yaitu reaksi yang menyiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman.Air berfungsi sebagai media gerak hara keakar-akar
tanaman. Akan tetapi bila air terlalu banyak, hara-hara akan hilang atau
tercuci dari lingkungan perakaran atau bila evavorasi tinggi, garam-garam laut
mungkin terangkut kelapisan atas tanah dan kadang tertimbun dalam jumlah yang
dapat merusak tanaman (Pairunan, dkk, 1997)
Banyaknya air yang dapat
diserap oleh tanah tergantung pada tekstur, struktur, dan kandungan bahan
organik tanah. Sedangkan banyaknya air yang dapat diambil oleh perakaran
tergantung pada daya ikat agregat-agregat tanah terhadap air (Subagyo, 1990).
2.3 pengaruh kadar air terhadap produktivitas tanaman
Air terdapat di
dalam tanah Alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air
ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Fungsi air tanah
yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman.
Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan
gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring,
diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan
suatu sifat (Hakim, dkk., 1986).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tumbuh pada sebidang
tanah akan meyerap sejumlah air yang terdapat dalam tanah melalui system
perakarannya, yang kemudian melalui proses transpirasi akan melepaskan air ke
udara (atmosfer) dalam bentuk uap air. Kekuatan evavorasi udara dan energi
matahari yang diterima permukaan tanah yang basah akan mengendalikan cepatnya
kehilangan air ditempat itu (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002
III.METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Kadar Air Tanah dilaksanakan di
Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis, 28 Oktober 2010, pukul
15.00 WITA-selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum
kadar air adalah timbangan, cawan petridish, oven, desikator, cangkul, ember.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kadar air adalah tanah kering udara
Alfisol, tanah Inceptisol, air, tissu rol, kantong maya, dan kertas
label.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1
Gravimetrik
1. Menimbang cawan petridish, kemudian
menambahkan 20 gram tanah kering udara
2. Mengeringkan di dalam oven suhu 1050C
selama 2 x 24 jam
3. Mengeluarkan cawan petridish dan tanah
dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian menimbang cawan petridish
bersama tanah
4.
Perhitungan :
- Berat cawan petridish = a gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara = b gram
- Berat cawan petridish + tanah kering oven = c gram
- Berat tanah kering udara = (b – a)
- Berat tanah kering oven = (c – a)
- Berat air yang hilang =
(b – c)
Kandungan kadar air =
3.3.2 Kapasitas Lapang
Prosedur kerja pada
praktikum kadar air tanah pada kapasitas lapang dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut :
- Menentukan tampat atau lokasi yang datar dan dekat
dengan sumber air.
- Membersihkan tempat tersebut dari semak belukar.
- Membuat bedengan dengan ukuran 1m x 1m.
- Setelah dibuat cukup tinggi, memadatkan bedengan
untuk mencegah air yang merembes.
- Setelah bedengan selesai, menyiapkan air ± 200 L dan
menumpahkan secara bersamaan.
- Menutup bedengan dengan menggunakan plastik.
Memastikan kalau plastik menutupi semua bedengan.
- Menutup permukaan plastik dengan menggunakan rumput
lalu diamkan selama 1 x 24 jam.
- Setelah didiamkan selama 1 x 24 jam, buka plastik
yang menutupi bedengan kemudian cungkil tanahnya.
- Menimbang tanah yang telah dicungkil kemudian
diovenkan selama 1 x 24 jam.
- Setelah diovenkan selama 1 x 24 jam, timbang
tanahnya.
- Hitung kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan
rumus:
Berat
tanah kering Oven
- Melakukan analisis ukuran partikel untuk mengetahui
persen liat tanah lalu hitung kadar pada titik layu permanent dengan menggunakan
rumus :
Kadar air TLP = (0,649 + 0,3538 % Liat )
100
- Menghitung air tersedia dengan menggunakan rumus :
Air tersedia = Kadar air
tersedia-Kadar
air
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel. Pengamatan Gravimetrik dan Kapasitas Lapang
Jenis tanah
|
Kadar air kering udara
|
Kadar air kapasitas lapang
|
alfisol
|
-
|
0,48
|
inceptisol
|
11,11%
|
-
|
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh hasil, pada Alfisol percobaan
kadar air kapasitas lapang pada tanah yang beratnya 40 g, setelah mengalami
pengovenan selama 1 x 24 jam mengalami penurunan berat ini yaitu 28 g, hal ini disebabkan
karena kadar air pada tanah kapasitas lapang mengalami penguapan disebabkan
oleh panas selama pengovenan dan dari
percobaan diatas diperoleh hasil kadar
air kapasitas lapang 0, 48.
Pada tanah Inceptisol, tanah kering udara yang beratnya 20 g,
setelah dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam mengalami penurunan berat, hal
ini disebabkan karena selama mengalami pengovenan tanah mengalami penguapan dan
setelah dihitung kadar air pada tanah kering udara ini adalah 11,11%
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
·
Pada
tanah Alfisol kapasitas lapang setelah mengalami pengovenan, kadar airnya
adalalah 0,48
·
Pada
tanah Inceptisol kering udara setelah mengalami pengovenan, kadar airnya
adalalah 11,11%
5.2. Saran
Sebaiknya,
pada tiap percobaan menggunakan dua jenis tanah, tidak hanya satu percobaan satu tanah, agar kita
dapat membandingkan berapa kadar air kering udara dan kadar air kapasitas
lapang pada tanah Alfisol dan tanah inceptisol.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N, C Brady. 1982. Ilmu
Tanah. Penerbit Bharata KaryaAksara, Jakarta.
Foth, Hendry D. 1994.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Hakim, N, M. Yusuf Nyakpa,
A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey,
1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003.Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo, Jakarta
Notohadiprawiro
T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Di rektorat
jenderal
pendidikan Tinggi Departemen pendidkan dan
Kebudayaan, Jakarta
Pairunan, Anna K, J. L.
Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua,
Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1985.Dasar-Dasar
Ilmu Tanah.Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur
Syarief. H. F.
Saifuddin. Dr.Ir. 1998.Fisika
Kimia Tanah Pertanian.CVPustakaBuana . Bandung.
LAMPIRAN
Perhitungan Kadar Air pada metode gravimetri
Diketahui :
- Berat cawan petridish a gram =49
gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara b
gram =69
gram
- Berat cawan petridish + tanah kering ovenc gram =67
gram
- Berat tanah kering udara (b – a) =20
gram
- Berat tanah kering oven (c – a) =18 gram
- Berat air yang hilang (b – c) =2
gram
Kandungan kadar air =
=
=
= 11,11%
Kapasitas Lapang
Diketahui :
- Berat cawan petridish a gram =39 gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara b
gram =79
gram
- Berat cawan petridish + tanah kering ovenc gram =67
gram
- Berat tanah kering udara (b – a) =40
gram
- Berat tanah kering oven (c – a) =28 gram
- Berat air yang hilang (b – c) =12
gram
Kapasitas Lapang =
=
= 0,428%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar