TUJUAN HIDUP DAN SKETSA INDAH

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

TUJUAN HIDUP DAN SKETSA INDAH

Setitik harapan menghantui ku

Mengajak ku pergi

Dari tempat yang telah ku pijak

Menjauh dari keindahan dan kedamaian

Ke tempat yang jauh dan asing

Logikapun mengusik mengatakan hal yang serupa

Tanpa sadar raga ini pun merasuk ke dalamnya

Menciptakan sebuah mimpi masa depan

dan cita – cita panjang

ya , akukan pulang kelak dengan gelar kebanggaan

Dan kan melukis sebuah sketsa keindahan

Disana ada istana megah

Disana ada senyum riang

Disana ada canda tawa tanpa syarat

Disana ada wangi kebersamaan

Disana ada kejernihan hati

Disana ada pelagi surga

Disana ada aku, ayah, ibu, kakak. Dan adikku

Hingga saat ini aku tak akan rapuh

jalan ini sudah ku pilih semuanya akan kujalani tanpa takut oleh apapun

oleh kelamnya logika, tajamnya cobaan, likunya jalan

karena aku punya tujuan hidup dan sketsa indah

Kamis, 18 Oktober 2012

PD (DDIT)

1.      PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Partikel density didefenisikan sebagai berat dari suatu padatan tanah. Jelasnya yang dimaksud volume tanah disini adalah volume tanah saja. Jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat diantara zarah-zarah.Partkel density dinyatakan dalam berat tanah persatuan volume tanah, jadi dalam 1 cm3 padatan tanah beratnyaadalah 2,6 gram, maka partikel density tanah tersebut adalah 2,6 gram/cm3.
            Pada umumnya kisaran partikel density tanah mineral kecil yakni antara 2,6-2,93 gram/cm3. Hal ini disebabkan  mineralkwarsa, feldspart dan silikat kolodal yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Plartikel density dapat melibihi 2,75 gram/cm3, bila dalam tanah tersebut terdapt mineral-mineral berat seperti magnetic, granet, epidet, sirkon, turmalin dan hornblende. Besar ukuran dan caa teraturnya partikel tanh tidak terpengaruh pada partikel density, akan tetapi kandungan bahan organik memberi pengaruh besar pad apartikel density.
            Lapisan atas mempunyai partikel density yang lebih rendah dari pada lapisan bawah karena ukuran dan cara tersusunnya partikel tanah tidak terpengaruh pada partikel density tanah.
            Besarnya ukuran partikel-partikel tanah tidak mempengaruhi pada partikel desnity dan ini merupakan salah satu sebab mengapa tanah pada lapisan atas mempunyai partikel desniti yang lebih rendah dari lapisan bawahnya.
Dan jelasnya bahwa dengan pengaruh kandungan bahan organik yanglebih tinggi mempunyai nilai PD yang rendah dibanding tanh yang mengandung bahan organik yang rendah, nilai Pdnya akan semakin tainggi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui berat jenis butiran tanah dan mengetahui nilai partikel density pada setaip lapisan tanah inceptisol. Serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam pengolahan tanah.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Particle Density
Partikel density suatu tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel ini didefenisikan sebagai massa setiap unit volume kandungan bahan organik dari komposisi mineral yang terdapat didalam mineral tanah tersebut. Pada tanah lapisan atas mempunyai  nilai partikel density  yang lebih rendah dibandingkan lapisan bawah, dikarenakan pada lapisan ats mengandung banyak bahan organik (Foth, 1993).
Kerapatan  isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven biasanya ditetapkan dalam gram/cm3. Pengambilan suatu sample tanah tidak boleh merusak suatu struktur yang asli. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi pori-pori tanah, demikian pula berat per satuan volume. Empat atau lebih bongkahan tanah biasanya diambil dari setiap horizon untuk memperoleh nilai rata-rata. Gumpalan tanah yang diambil dari lapangan untuk menetapkan kerapatan isi itu di bawah ke laboratorium untuk dikeringkan udaranya dan ditimbang Kerapatansetiap partikel tanah merupakan suatu tetapan dan bervariasi menurut jumlah dan ruang partikel. Hal ini tidak berbeda banyak pada tanah yang lain, jika tidak terdapat variasi yang harus dapat dipertimbangkan , kandungan tanah dan kondisi tanah mineral tanah. Orang yang menyatakan berat tanah dalam istilah kerapatan butir-butir yang menyusun tanahnya, biasanya ditetapkan sebagai kerapatan butiran (Hakim, dkk. 1986).

Kerapatan tanah atau butiran tanah setiap jenis konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antar partikel. Perbedaan kerapatan sarahnya diantara jenis tanah, tidak begitu besar kecuali terhadap variasi  yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral yang terdapat di dalam tanah Kerapatan isi dapat pula ditetapkan lain misalnya  poundft. Jika ditetapkan dalam gram/cm3, maka kerapatan isi lapisan  oleh bertekstur halus biasanya berkisar antara 1,3-1,8. Semakin berkembang struktur biasanya memiliki nilai berta jenis palsu yang rendah, dibandingkan pada tanah yang berpasir. Hal yang sangat berpengaruh pada PD yaitu kandungan bahan organik dalam tanah, karena banah organik lebih kecil dibandingkan dengan berat pada mineral yang lain dalam volume yang sama ( Pairunan a. k, dkk, 1985 )
Berat jenisbutiran tidak berubah dan ukuran butiran atau dengan perubahan pori-pori. Berat jenis tanah mineral rata-rata berat bahan mineral yang paling banyak terdapat tanah ( syarif, 1986 )
2.2    Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density
Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density adalah jumlah bahan organik dan mineral tanah. Bahan organik sangat ringan dibandingkan dengan padatan mineral. Adanya bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan jenis zarah. Semakin tinggi bahan organik semakin rendah particle density. Untuk banyak tanah mineral, kerapatan partikel akan mempunyai rata-rata sekitar 2,6 gram per sentimeter kubik. Kerapatan ini sangat tidak beranekaragam dalam kandungan bahan organik atau komposisi mineral (Foth, 1994).

III. MOTOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum particle density Tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, JurusanIlmu Tanah,Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.Pada hari Kamis, 11 November 2010, pukul 15.00 WITA-selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapu alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
·         Timbangan digunakan sebagai alat untuk menimbang sampel tanah utuh
·         Ovendigunakan sebagai alat untuk mengeringkan sampel tanah utuhRing
·         sampeldigunakan sebagai wadah untuk mengambil sampel tanah.
·         Mistar pengukuran digunakan sebagai alat mengukur tinggi dan jari-jari ring sampel.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel tanah dan air.
3.3 Prosedur Kerja
-          Memasukkan hasil analisa partikel density sebanyak 40 gram ke dalam gelas ukuran 100 mi yang telah diberi air sebanyak 50 ml dan adk dengan baik untuk melepaskan udaranya.
-          Membilas gelas produk pada dinding silinder dengan sejumlah air (10 ml).
-          Biarkan campuran selama 5 menit untuk dapat melep[askan udaranya dan mencatat volume air dalam gelas ukur.
-          Melakukan pengamatan dan menghitung partikel dens
IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasi pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. Hasil Pengamatan  Particle Density Pada Tanah inceptisol
Jenis lapisan
Particle Density
I
2,67 gr/cm3

4.2. Pembahasan
Pada lapisan ini memiliki nilai Particle Density sebesar 2,67 gr/cm3. Hampir mendekati dengan nilai Particle Density yang umum, yaitu 2,65 gr/cm3. Pada lapisan ini, mengandung bahan organik yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), yang menyatakan bahwa karena berat bahan organik lebih kecil dari berat benda padat tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam suatu tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya, tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Hal ini juga sependapat dengan Hardjowigeno (2003), yang menyatakan bahwa tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1.        Nila Partikel density pada tanah Inceptisol yaitu 2,67gr/cm3
2.      Nilai tingkatan bahan–bahan mineral yang terkandung dalam tanah rendah sehingga mempengaruhi nilai dari PD, karena tinggi rendahnya nilai PD dipengaruhi pula dengan banyak tidanya mineral-mineral yang terkandung didalamnya.
5.2      Saran
Sebaiknya, dalam praktikum Particle Density digunakan juga jenis tanah lain, agar dapat menjadi perbandingan antara berbagai tanah
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, H.M. Soul, M.A. Diha, Go Bang Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan Kerjasam Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Ujung Pandang.
Hardjowigono, Sarwono, 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan, dkk., 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur; Makassar.
Syarif,S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian.Pustaka  Buana Press. Bandung
Lampiran:
Nilai Particle desnity   pada tanah inceptisol
Diketahui:
BTKO                         : 40 gram
V. dlm Gelas ukur       : 50  ml
V. air dan tanah          : 75 cm
V. pembilas                 : 10 cm

Penye :
       gr/cm3             

                       
V. partikel Padat         = ( volume air dan tanah ) – ( V. Dalah gelas + V p’bilas )
                                    = (75) - (50+10)                                 
                                    = 15cm3
jadi                  :           PD
PD = 2,67 gr/cm3







Senin, 14 Mei 2012

laporan DDIT (tekstur tanah)


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tanah yang tersebar luas ditemukan berbagai perbandingan susunan butiran tanah. Suatu susunan butiran menentukan sifat-sifat fisik tertentu pada tanah. Demikianlah dikenal berbagai kelas-kelas susunan butiran tanah yang disebut kelas tekstur tanah. Tekstur tanah adalah susunan berat fraksi pasir, debu dan liat.
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat didalam tanah.  Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satua berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
 Sifat-sifat fisis tanah diketahui sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman. Sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Oleh karena itu, erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktual dalam pembangunan jalan raya, bendungan, dan fondasi untuk gedung, untuk pembuatan lapangan golf dan atletik, atau untuk sistem pembuangan limbah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur tanah dan struktur tanah, dimana tekstur adalah ciri tanah yang paling permanen dan paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum analisis ukuran partikel (tekstur) yaitu untuk mengklasifikasikan kelas tekstur tanah pada tanah inseptisol.
            Kegunaan dari praktikum analisis ukuran partikel (tekstur) adalah untuk pengolahan tanah lebih lanjut dan penentuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada daerah (tanah) tersebut. Dan selain itu, untuk menambah pengetahuan tentang kelas tekstur tanah.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               






II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi pasir, debu, dan liat. Pembagian kelas tekstur tanah menurut USDA dikenal adalah 12 tekstur (Yulius dkk, 1997).                                                                                                              
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran tanah. Kasar atau halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat di dalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari ketiga unsur batuan yaitu: pasir, geluh, dan lempung (Prawirahartono, dkk, 1991).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, 1994).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung berpasir halus.
Kelas sedang terdiri dari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, dan debu. Kelas agak halus terdiri dari lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu. Dan yang terakhir, kelas halus terdiri dari liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Hardjowigeno, 2003)
Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, debu, dan liat. Pasir terasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Pasir berlempung terasa kasar jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur. Lempung berpasir terasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola,mudah hancur. Lempung terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung berdebu terasa licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu terasa licin sekali, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
Lempung berliat terasa agak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk agak teguh, dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung liat berpasir terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, dapat dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung liat berdebu terasa halus agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat. Liat berpasir terasa halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung.
Liat berdebu terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola teguh, mudah digulung. Dan yang terakhir adalah liat, terasa berat, halus, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola dengan baik, mudah digulung (Hardjowigeno, 2002).
2.2 Karakteristik Tekstur Pasir, Debu, dan Liat                                   
Di dalam tanah ditemukan butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat dikelompokkan sebagai fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan fragmen batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah berukuran < 2 mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ), dan liat (< 2 µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Fragment batuan adalah fraksi tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horisontalnya lebih kecil dari sebuah pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu, sering ditemukan juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran sama dengan batuan, tetapi dapat hancur menjadi > 2 mm pada persiapan tanah untuk analisa, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2003).
Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir.
Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).
2.3 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Produktifitas Tanaman dan Faktor -    Faktor   Yang Mempengaruhinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelas tekstur tanah adalah kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah. Selain itu menurut para ahli ada beberapa hal yg mempengaruhi tekstur tanah, yaitu:
1.      Bahan Induk
Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada sifat- sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi. Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik, dimana granit dibuka. Selama stadia awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi laju perpindahan bahan oleh erosi, tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat berkembang dari batuan dasar (Foth.H.D, 1988).
2.      Iklim
Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah presipitasi dan temperatur. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang sangat muda mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa tanah (Foth.H.D, 1988).
3.      Organisme
Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien ke tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri (Foth.H.D, 1988).
4.      Topografi
Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu (1) dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan ditahan dalam tanah, oleh karenanya mempengaruhi kelembaban, (2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi, (3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain (Foth.H.D, 1988).
5.      Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa termasuk stadia bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan (Foth.H.D, 1988).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Analisis Ukuran Partikel (Tekstur) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, pada Hari Kamis, 7 Oktober 2010, pukul 15.00 – selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (tekstur) adalah timbangan, erlenmeyer, cawan, sprayer, corong, saringan, mesin pengocok (mixer), pengaduk, silinder sedimentasi, hydrometer, termometer, dan oven.
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (tekstur) adalah tanah kering udara Inseptisol, larutan Calgon 0.05%, aquadest, tissu rol, dan kertas label.
3.3 Prosedur Kerja
1.  Menimbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang dari 2 mm
2.      Memasukkan tanah tersebut ke dalam erlenmeyer atau botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan Calgon 0,05% dan aquadest secukupnya
3.      Menutup dengan plastik, kemudian mengocok dengan mesin pengocok selama 1-2 jam
4.      Menuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 500 ml yang diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot
5.      Menyemprot dengan sprayer sambil mengaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih)
6.      Memindahkan pasir yang tertinggal ke dalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian memasukkan ke dalam oven bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam, selanjutnya memasukkannya ke dalam desikator dan menimbangnya hingga berat pasir diketahui
7.      Mencukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 ml
8.      Mengangkat silinder sedimentasi, menyumbat baik-baik dengan karet lalu mengocok dengan membolak-balik tegak lurus 1800C sebanyak 20 kali, atau dapat juga memasukkan pengocok ke dalam silinder sedimentasi lalu mengaduk naik turun selama 1 menit
9.      Menuangkan dengan cepat kira-kira 3 tetes amyl alkohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul
10.  Memasukkan hidrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati setelah 15 detik agar suspensi tidak banyak terganggu
11.  Setelah 40 detik, membaca dan mencatat pembacaan hidrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1)
12.  Mengeluarkan hidrometer dari suspensi dengan hati-hati
13.  Setelah menjelang 8 jam, memasukkan hidrometer dan mencatat pembacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2)
14.  Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan :
Berat debu dan liat  =  - 0,5  .....................(a)
Berat liat = ........................(b)
Berat debu = Berat (debu + liat) – Berat liat ..........................(a+b)
15.  Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
% Pasir =  x 100 %
% Debu =  x 100 %
% Liat =  x 100 %
16.  Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur                                                                                                                      
 Keterangan:
1.       = Pasir
2.       = Pasir berlempung
3.       = Lempung berpasir
4.       = Lempung
5.       = Lempung berdebu
6.       = Debu
7.       = Lempung liat berpasir
8.       = Lempung berliat
9.       = Lempung liat berdebu
10.   = Liat berpasir
11.   = Liat berdebu
12.   =liat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan data pengukuran dan analisis perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel.1 Hasil Perhitungan Kelas Tekstur Tanah:
Jenis Tanah
% Pasir
% Debu
% Liat
Kelas
Inceptisol




Lapisan I
2,07 %
10,35%
87,58%
Liat
Lapisan II
 31,7 %
1,6 % 
66,5 % 
 Liat 

4.2 Pembahasan
Setelah dilakukan pengolahan data didapatkan bahwa pada tanah inceptisol, lapisan I memiliki persentase pasir 2,07 %, debu 10,35 %, dan liat 87,58%. Dan pada lapisan II memiliki persentase pasir 31,7 %, debu 1,6 %, dan liat 66,5 %. Dari hasil tersebut, lapisan I dan II termasuk kelas tekstur liat.
                  Hal ini disebabkan karena adanya partikel yang berpori – pori kecil, sesuai dengan pendapat Foth (1994), bahwa dimana permukaan yang bertekstur pasir lebih kecil dibandingkan dengan partikel bertekstur liat yang ada. Karna banyaknya unsur liat yang melekat sehingga butir-butir pasir akan habis pada permukaan dan membentuk selaput tipis fraksi yang bertekstur liat.
                  Tekstur liat merupakan tekstur yang halus. Hal ini dikemukakan oleh Hardjowigeno (2002), bahwa tanah bertekstur liat karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur kasar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.      Lapisan I termasuk kelas tekstur liat, dengan persentase pasir 2,07 %, debu 10,35 %, dan liat 87,58 %. Lapisan II termasuk kelas tekstur liat, dengan persentase pasir 31,7 %, debu 1,6 %, dan liat 66,5 %.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kelas tekstur tanah yaitu kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, permeabilitas, kapasitas tukar kation, dan kesuburan tanah.
3.      Apabila persentase kejenuhan suatu tanah lebih besar, maka tanah tersebut termasuk kelas tekstur liat.
5.2 Saran
Dalam menentukan hasil persentase belum sepenuhnya akurat jika pada segitiga tekstur tanah tidak ditemukan titik temu antara pasir, debu dan liat. Oleh karena itu diperlukan ketelitian dalam melakukan perhitungan persentase.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Hendry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga Gajah Mada University Press:Yogyakarta.
Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung:Lampung
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Prawirahartono. 1991. Genesa Tanah. Batuan Pembentuk Tanah. Penerbit CV. Rajawali; Jakarta
Sutedjo, M.M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta:Jakarta.
Yulius, A.K.P., Nanera, J.L., Ibrahim, Samosir, S.S.R., Tangkaisari, R., Lalopua, B., Asmadi, H. 1997. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negara:Ujung Pandang.








LAMPIRAN
Hasil Perhitungan Analisis Ukuran Partikel Tanah Inceptisol Lapisan 1
Dik: H1 = 8
         t1 = 280C
         H2 = 6
         t2 = 280C
          c = 0,1 gr
Dit: % pasir = ... ?
              % debu = ... ?
              % liat = ... ?
      Penyelesaian:
·         Berat debu dan liat = [] – 0,5
          = [
          = [
          = [] – 0,5
         = 5,23 – 0,5
         = 4,73


·         Berat liat = []
                = [
                = [
                =
               = 4,23
·         % Pasir =  x 100%
    =  x 100%
    =  x 100%
    = 2,07%
·         % Debu =  x 100%
              =  x 100%
              =  x 100%
             = 10,35%
·         % Liat =  x 100%
            x 100%
           =  x 100%
          = 87.58%









Hasil Perhitungan Analisis Ukuran Partikel Tanah Inceptisol Lapisan 2
Dik: H1 = 11
         t1  = 280C
        H2 = 10
         t2 = 270C
          c = 2,9 gr
Dit: % pasir = … ?
       % debu = …?
         % liat = … ?
Penyelesaian:
·         Berat debu dan liat = [] – 0,5
                      = [
                      = [
                    = 6,73 – 0,5
                    = 6,23
·         Berat liat = [
                =
                =
               = 6,08
·         % pasir =
             =
            = 31,7 %

·         % debu =
             =
            = 1,6 %
·         % liat =
          =
         = 0,66 x 100
         = 66,5 %