TUJUAN HIDUP DAN SKETSA INDAH

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

TUJUAN HIDUP DAN SKETSA INDAH

Setitik harapan menghantui ku

Mengajak ku pergi

Dari tempat yang telah ku pijak

Menjauh dari keindahan dan kedamaian

Ke tempat yang jauh dan asing

Logikapun mengusik mengatakan hal yang serupa

Tanpa sadar raga ini pun merasuk ke dalamnya

Menciptakan sebuah mimpi masa depan

dan cita – cita panjang

ya , akukan pulang kelak dengan gelar kebanggaan

Dan kan melukis sebuah sketsa keindahan

Disana ada istana megah

Disana ada senyum riang

Disana ada canda tawa tanpa syarat

Disana ada wangi kebersamaan

Disana ada kejernihan hati

Disana ada pelagi surga

Disana ada aku, ayah, ibu, kakak. Dan adikku

Hingga saat ini aku tak akan rapuh

jalan ini sudah ku pilih semuanya akan kujalani tanpa takut oleh apapun

oleh kelamnya logika, tajamnya cobaan, likunya jalan

karena aku punya tujuan hidup dan sketsa indah

Minggu, 13 Mei 2012

laporan DDIT (kadar air tanah)


                                                   I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah.Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya.Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda.Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya.
Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk sumua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci
(650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Tanah yang terletak di daerah peralihan atmosfer-litosfer memainkan peran penting dalam menentukan jumlah presipitasi yang mengaliri lahan dan jumlah yang meresap ke dalam tanah untuk disimpan serta digunakan di masa depan.
Alfisol merupakan tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah (Horizon Argalik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun pada horizon bawah ini berasal dari horizon atasnya yang tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air.Tanah Alfisol terbentuk dari bahan-bahan yang mengandung karbonat dan tidak lebih tua dari Pleistosin.Di daerah dingin, hampir semuanya berasal dari bahan induk yang berkapur dan masih muda. Di daerah basah, bahan induk biasanya lebih tua daripada di daerah dingin. Tanah Alfisol dapat ditemukan pada wilayah dengan temperatur sedang/sub tropik dengan adanya pergantian musim hujan dan musim kering. Pembentukan tanah Alfisol memerlukan waktu ± 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Di Indonesia, pembentukan tanah alfisol memerlukan waktu sekitar 2000-7000 tahun yang berdasarkan tingkat perkembangan horisonnya.
Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Profilnya mempunyai horizon yang dianggap pembentukannya agak lamban sebagai hasil alterasi bahan induknya,  horizon timbunannya liat dan besi alumunium oksida yang jelas tidak ada pada golongan ini. perkembangan profil golongan ini lebih berkembang bila dibandingkan dengan alfisol. Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat-sifat tersedianya air utnuk tanaman lebioh dari ½ tahun atau lebih dari 3 bulan berturut-turut dalam musim kemarau, satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf. Tekstur lebih halus dari pasir gelohan (loamy sand) dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung yang sedang-tinggi.Penyebab lempung kedalam tanah tidak dapat diukur.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan praktikum kadar air untuk mengetahui banyaknya jumlah air yang terkandung dalam tanah danmengetahui perbedaaan kadar air pada fraksi pasir, debu dan liat..


1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum kadar air adalah untuk mengetahui kadar air pada tanah Alfiso dan Inceptisoll.
Kegunaan dari praktikum kadar air adalah memberi informasi tentang kadar air pada jenis-jenis tanah yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah terseb
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 kadar air tanah
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tana (Buckman dan Brady, 1982)
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume tanah.Cara ini memberikan keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tertentu. Cara penentuan kadar air dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik serta pembaruan neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai dimana dengan cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC-150ºC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,dkk, 1986).
            Kadar air yang tersedia dalam tanah didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah air maksimum yang dapat disimpan dalam tanah adalah air yang ditahan pada saat kapasitas lapang dimana tanaman hanya dapat menurunkan kandungan air tanah sampai batas titik layu permanen. Atas dasar itu maka jumlah air yang dapat ditahan antar kapasitas lapang dan titik layu permanen serta kelebihan air yang terikat pada kapasitas lapang tidak menguntungkan lagi bagi tanaman tingkat tinggi (Pairunan, A. K. dkk, 1997).
Air dalam tanah mengalir kebawah dengan gaya perkolasi sesuai dengan gavitasi bumi. Hal ini disebabkan oleh sifat air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ketempat yang lebih rendah.(Syarief, 1986).
Persediaan air dalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotraspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungsn erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tana-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat
(Hardjowigeno, 2003).
2.2 Kondisi air tanah
Air tanah berfungsi sebagai pelarut unsur hara dalam tanah dan membawa unsure hara tersebut kepermukaan akar tumbuhan.Dalam jaringan tumbuhan air sangat dibutuhkan dalam pengangkutan unsure hara yang diserap akar keseluruh bagian tumbuhan. Tanah mempunyai horizon-horizon yang bervariasi dari suatu lokasi kelokasi lain. Hal ini disebabkan karena tingkat kedewasaan tanah.Tanah muda, dewasa dan tua memiliki jumlah lapisan yang berbeda.
Bila tebal lapisan air menipis, tegangan pada batas antara air dengan udara meningkat dan akhirnya begitu besar sehingga menghentikan gerakan air ke bawah. Air dalam ruang pori makro tidak ada lagi, tetapi masih terdapat dalam pori mikro. Pada keadaan ini tegangan pada permukaan lapisan air berkisar sekitar 1/3 atm. Titik ini disebut kapasitas lapang (Hakim, dkk, 1986)
Kapasitas lapang (field capacity) adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antara air-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi, air gravitasi (pori-pori makro) habis dan air tersedia (pada pori-pori meso dan makro) bagi tanaman dalam keadaan optimum, kondisi ini terjadi pada tegangan permukaan lapisan air sekitar 1/3 atm atau pF 2,54(Hanafiah K. A, 2004).
 Titik Laju Permanen, Pada kadar air tinggi, kekurangan udara mungkin dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan kelembaban tanah berada  disekitar kapasitas lapang, karena pada keadaan itu oksigen cukup tersedia dan tegangan air cukup rendah sehingga memudahkan absorpsi air. Begitu air diserap, lapisan air menjadi tipis dan tegangan air meningkat, mengakibatkan absorpsi air menurun. Hal ini berlangsung sampai kadar air mendekati titik layu. Pada keadaan titik layu, laju pertumbuhan dan foto sintesis umumnya menurun (Notohadiprawiro, 1998)
            Higroskopis yaitu jumlah kadar air yang dijerap oleh permukaan partikel tanah dari uap air dalam atmosfir. Dan higroskopis adalah kemampuan tanah menyerap air dibanding kemampuan akar menyerap air atau kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorbs atau adsorpsi. Suatu zat bisa disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap molekul air air yang baik.
Kapasitas tanah untuk mengikat air berkaitan dengan luas permukaan dan volume ruangan pori. Oleh karena itu, kapasitas pengikatan air berhubungan baik dengan struktur maupun dengan tekstur. Tanah bertekstur halus mempunyai kapasitas pengikatan air total yang maksimum tetapi bahwa air yang tersedia maksimum terikat pada tanah bertekstur medium. Penelitian menunjukkan bahwa air yang tersedia pada banyak tanah berkaitan erat dengan kandungan endapan lumpur dan pasir yang sangat halus (Foth, 1994).
Air mempunyai beberapa fungsi penting dalam tanah.Air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organic yaitu reaksi yang menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman.Air berfungsi sebagai media gerak hara keakar-akar tanaman. Akan tetapi bila air terlalu banyak, hara-hara akan hilang atau tercuci dari lingkungan perakaran atau bila evavorasi tinggi, garam-garam laut mungkin terangkut kelapisan atas tanah dan kadang tertimbun dalam jumlah yang dapat merusak tanaman (Pairunan, dkk, 1997)
Banyaknya air yang dapat diserap oleh tanah tergantung pada tekstur, struktur, dan kandungan bahan organik tanah. Sedangkan banyaknya air yang dapat diambil oleh perakaran tergantung pada daya ikat agregat-agregat tanah terhadap air (Subagyo, 1990).
2.3 pengaruh kadar air terhadap produktivitas tanaman
Air terdapat di dalam tanah Alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat  (Hakim, dkk., 1986).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tumbuh pada sebidang tanah akan meyerap sejumlah air yang terdapat dalam tanah melalui system perakarannya, yang kemudian melalui proses transpirasi akan melepaskan air ke udara (atmosfer) dalam bentuk uap air. Kekuatan evavorasi udara dan energi matahari yang diterima permukaan tanah yang basah akan mengendalikan cepatnya kehilangan air ditempat itu (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002
III.METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Kadar Air Tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis, 28 Oktober 2010,  pukul 15.00  WITA-selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum kadar air adalah timbangan, cawan petridish, oven, desikator, cangkul, ember.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kadar air adalah tanah kering udara Alfisol, tanah Inceptisol,  air, tissu rol, kantong maya,  dan kertas label.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1        Gravimetrik
1.      Menimbang cawan petridish, kemudian menambahkan 20 gram tanah kering udara
2.      Mengeringkan di dalam oven suhu 1050C selama 2 x 24 jam
3.      Mengeluarkan cawan petridish dan tanah dari oven, mendinginkan dalam desikator kemudian menimbang cawan petridish bersama tanah
4.      Perhitungan :
- Berat cawan petridish                                         = a gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara       = b gram
- Berat cawan petridish + tanah kering oven        = c gram
- Berat tanah kering udara                                    = (b – a)
- Berat tanah kering oven                                      = (c – a)
- Berat air yang hilang                                           = (b – c)
        Kandungan kadar air =

3.3.2 Kapasitas Lapang
Prosedur kerja pada praktikum kadar air tanah pada kapasitas lapang dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
  1. Menentukan tampat atau lokasi yang datar dan dekat dengan sumber air.
  2. Membersihkan tempat tersebut dari semak belukar.
  3. Membuat bedengan dengan ukuran 1m x 1m.
  4. Setelah dibuat cukup tinggi, memadatkan bedengan untuk mencegah air yang merembes.
  5. Setelah bedengan selesai, menyiapkan air ± 200 L dan menumpahkan secara bersamaan.
  6. Menutup bedengan dengan menggunakan plastik. Memastikan kalau plastik menutupi semua bedengan.
  7. Menutup permukaan plastik dengan menggunakan rumput lalu diamkan selama 1 x 24 jam.
  8. Setelah didiamkan selama 1 x 24 jam, buka plastik yang menutupi bedengan kemudian cungkil tanahnya.
  9. Menimbang tanah yang telah dicungkil kemudian diovenkan selama 1 x 24 jam.
  10. Setelah diovenkan selama 1 x 24 jam, timbang tanahnya.
  11. Hitung kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan rumus:
                                                            Berat tanah kering Oven

  1. Melakukan analisis ukuran partikel untuk mengetahui persen liat tanah lalu hitung kadar pada titik layu permanent dengan menggunakan rumus :
Kadar air TLP =   (0,649 + 0,3538 % Liat )
                                            100

  1. Menghitung air tersedia dengan menggunakan rumus :

Air tersedia = Kadar air tersedia-Kadar air





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Tabel. Pengamatan Gravimetrik dan Kapasitas Lapang
Jenis tanah
Kadar air kering udara
Kadar air kapasitas lapang
alfisol
-
0,48
inceptisol
11,11%
-

4.2.  Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil, pada  Alfisol percobaan kadar air kapasitas lapang pada tanah yang beratnya 40 g, setelah mengalami pengovenan selama 1 x 24 jam mengalami penurunan berat ini yaitu 28 g, hal ini disebabkan karena kadar air pada tanah kapasitas lapang mengalami penguapan disebabkan oleh panas  selama pengovenan dan dari percobaan diatas diperoleh hasil  kadar air  kapasitas lapang 0, 48.
     Pada tanah Inceptisol, tanah kering udara yang beratnya 20 g, setelah dimasukkan kedalam oven yang bersuhu 1050C selama 2 x 24 jam mengalami penurunan berat, hal ini disebabkan karena selama mengalami pengovenan tanah mengalami penguapan dan setelah dihitung kadar air pada tanah kering udara ini adalah 11,11%
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
·         Pada tanah Alfisol kapasitas lapang setelah mengalami pengovenan, kadar airnya adalalah 0,48
·         Pada tanah Inceptisol kering udara setelah mengalami pengovenan, kadar airnya adalalah  11,11%
5.2. Saran                  
Sebaiknya, pada  tiap percobaan menggunakan dua jenis tanah, tidak hanya satu percobaan satu tanah, agar kita dapat membandingkan berapa kadar air kering udara dan kadar air kapasitas lapang pada tanah Alfisol dan tanah inceptisol.


















DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N, C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata KaryaAksara, Jakarta.
Foth, Hendry D. 1994.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Hakim, N, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003.Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta
Notohadiprawiro T.  1998. Tanah dan Lingkungan. Di rektorat jenderal
      pendidikan Tinggi Departemen pendidkan dan Kebudayaan, Jakarta
Pairunan, Anna K, J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1985.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur

Syarief. H. F. Saifuddin. Dr.Ir. 1998.Fisika Kimia Tanah Pertanian.CVPustakaBuana . Bandung.




















LAMPIRAN
Perhitungan Kadar Air pada  metode gravimetri
Diketahui :
- Berat cawan petridish a gram                                          =49 gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara b gram        =69 gram
- Berat cawan petridish + tanah kering ovenc gram          =67 gram
- Berat tanah kering udara  (b – a)                                     =20 gram
- Berat tanah kering oven (c – a)                                       =18 gram
- Berat air yang hilang (b – c)                                            =2 gram
        Kandungan kadar air =
                                           =
= 
      = 11,11%

Kapasitas Lapang
Diketahui :
- Berat cawan petridish a gram                             =39 gram
- Berat cawan petridish + tanah kering udara b gram        =79 gram
- Berat cawan petridish + tanah kering ovenc gram          =67 gram
- Berat tanah kering udara  (b – a)                                     =40 gram
- Berat tanah kering oven (c – a)                                       =28 gram
- Berat air yang hilang (b – c)                                            =12 gram

Kapasitas Lapang =
= 
=  0,428%



















Laporan DDIT (PH tanah)


I. PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah menggambarkan status kimia tanah yang menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan. Bila konsentrasi ion H+ bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion H+ berkurang daan ion OH- bertambah, pH akan naik, status kimia tanah mempengaruhi proses biologi seperti pertumbuhan tanaman.
Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinits tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat isel dan macam kation yang diserap.
Reaksi tanah yang dapat dikategorikan menjadi tiga belas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas. Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu untuk mengetahui gambaran mengenai tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka diperlukan adanya pengetahuan tentang pH suatu tanah.
1.2     Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya praktikum reaksi tanah adalah untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung pada tiap lapisan tanah ineptisol dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah. Kegunaan dilaksanakannya praktikum pH tanah agar mahasiswa mengetahui cara mengukur pH tanah dan dapat dijadikan sebagai informasi apabila dilakukan penanganan lebih lanjut pada tanah tersebut
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman.  Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut.  Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap.  Semakin kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah.  Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
Reaksi tanah secara umum dinyatakan dengan pH tanah. Kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik serta H+ dan Al3+ dapat tukar pada misel tanah. Sedangkan tanah alkalis dapat bersumber dari hasil hidroksil dari ion dapat tukar atau garam-garam alkalis seperti : Belerang dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).
pH tanah adalah logaritma dari konsentrasi ion H+ di dalam tanah, hal ini dapat dilihat pada persamaan berikut: pH = - log (H+). Dilihat dari pHnya lebih besar dari tanah mempunyai tiga sifat yaitu bersifat basa jika pHnya lebih besar dari 7 dan bersifat netral apabila pHnya antara 6-7 serta jika tanah memiliki pH di bawah 7 maka tanah akan dikatakan bersifat asam (Pairunan, dkk, 1997).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.  Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-,  mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam
III. MOTOLOGI PERCOBAAN

3.1     Tempat dan Waktu
Praktikum Reaksi (pH) Tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pada hari Kamis, 25  November 2010,  pukul 15.00 WITA-selesai.
3.2     Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Reaksi/pH Tanah adalah:
·         Tempat roll film sebagai wadah untuk mengkocok tanah
·         Gelas ukur sebagai alat untuk mengukur berapa banyak tanah
·         PH meter sebagai alat untuk mengukur berapa besarnya PH tanah
Bahan yang digunakan adalah sampel tanah sawah lapisan 1dan 2, dan aquadest.
3.3     Prosedur Kerja
1.         10 gram tanah halus di masukkan ke dalam tabung reaksi atau tempat roll film dan tambahkan air suling 10 ml
2.         Mengocok selama 30 menit dengan cara manual agar tanah  tercampur baik dengan aquadest.
3.         Mendiamkan selama 1 menit, kemudian mengukur dengan pH meter.
4.         Mencatat pH yang tampak pada pH meter.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada tanah inceptisol maka diperoleh hasil sebagai berikut,
Tabel. Pengamatan Nilai Reaksi (pH) Tanah
Lapisan
pH
Kriteria
I
6,00
Agak Masam
II
5,2
Masam

5.2. Pembahasan
Pada lapisan I memiliki pH 6,00 dan pada Lapisan II memiliki pH 5.2 dengan kriteria masam. Hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan mengalami penguraian oleh mikroba yang mengakibatkan terbentuknya asam sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), bahwa rombakan organik diserang oleh sebagian besar mikroorganisme yang diantara hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak. Bila asam ini sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
§  Nilai pH pada tanah inceptisol lapisan I  adalah 6,00 bersifat agak masam
§  Nilai pH pada tanah inceptisol lapisan II adalah 5,2 bersifat masam
§  Faktor-faktor yang mempegaruhi tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terjerap.

5.2 Saran
Sebaiknya, untuk praktikum Reaksi Tanah selanjutnya memakai jenis tanah dan jenis senyawa kimia agar dapat dilihat perbandingan hasilnya.











DAFTAR PUSTAKA
Buckman N. C dan Brady C. B. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta
Foth. H. D. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjahmada University Press,  Yogyakarta.
Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Hardjowigeno. S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan,A. K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.
         Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.